
Newcastle United menunjukkan tajinya dengan kemenangan meyakinkan 3-0 atas Leicester City, memperpanjang catatan kemenangan mereka menjadi empat laga beruntun di semua kompetisi dan sekaligus mendorong The Magpies ke posisi lima besar klasemen Premier League. Sementara itu, Leicester kian tenggelam dalam pusaran degradasi, dengan secercah harapan yang semakin pudar.
Lini Belakang Leicester Rapuh
Laga di St. James’ Park baru saja dimulai ketika publik tuan rumah langsung bersorak. Kurang dari dua menit berjalan, sebuah kombinasi cepat di sisi kiri antara Joelinton dan Harvey Barnes menghasilkan peluang emas. Barnes, mantan pemain Leicester, mengirim umpan silang presisi ke arah Tino Livramento yang melakukan overlap. Tanpa ragu, Livramento mengarahkan bola ke tiang jauh, di mana Jacob Murphy sudah menunggu untuk menyambutnya dan membuka keunggulan Newcastle dengan penyelesaian klinis.
Gempuran tuan rumah belum berhenti. Hanya sembilan menit berselang, Fabian Schär nyaris mencetak gol spektakuler dari dalam wilayahnya sendiri, namun bola hanya membentur mistar. Murphy yang berada di posisi tepat memanfaatkan bola muntah dan menggandakannya menjadi 2-0, membuat lini belakang Leicester tampak kian rapuh dan kehilangan arah.
Mental The Foxes Runtuh
Tim tamu tidak mampu merespons tekanan yang datang bertubi-tubi. Newcastle terus mendikte jalannya laga, dan pada menit ke-34, mereka kembali menjebol gawang Mads Hermansen. Joelinton melepaskan tembakan dari dalam kotak penalti yang sempat ditepis Hermansen, namun bola jatuh di kaki Barnes yang dengan sigap menyelesaikannya ke gawang kosong—sebuah momen ironis mengingat kiprah masa lalunya bersama Leicester.
Dengan defisit tiga gol, mental The Foxes tampak runtuh. Mereka kembali gagal mencetak gol di kandang sendiri untuk kedelapan kalinya secara beruntun, dan total telah kebobolan 21 gol sejak terakhir mencetak satu pun. Kesempatan terbaik mereka pun tak kunjung hadir, sementara Newcastle terus menekan. Bahkan Dan Burn hampir menambah keunggulan lewat sundulan dari sepak pojok, namun arah bola masih melebar.
Debutan Termuda Kedua di Premier League
Manajer Eddie Howe mengelola energi pemain, menarik keluar Joelinton, Bruno Guimarães, dan Alexander Isak setelah menit ke-60. Strategi itu tidak mengurangi dominasi Newcastle yang tetap nyaman mengontrol permainan hingga peluit panjang.
Satu-satunya titik terang di malam muram Leicester datang dari bangku cadangan. Di tengah keputusasaan, pelatih Ruud van Nistelrooy memberi debut kepada Jeremy Monga, pemain muda berusia 15 tahun, yang kini menjadi debutan termuda kedua dalam sejarah Premier League. Meski hasilnya pahit, momen itu memberi sebersit harapan untuk masa depan.
Dengan hasil ini, Newcastle kini tak terkalahkan dalam enam pertandingan terakhir. Leicester tertinggal 15 poin dari zona aman, menyelamatkan diri semakin sulit.