
Di Usia 40, Cristiano Ronaldo Taklukkan Spanyol dan Redam Semua Kritik di Final Nations League
Cristiano Ronaldo menutup perjalanan Portugal di Nations League dengan momen penuh emosi. Di usia 40 tahun, ia menangis di lapangan setelah membawa negaranya menjuarai trofi ketiga mereka. Kemenangan ini menjadi lebih istimewa karena mereka menaklukkan rival klasik: Spanyol.
Meski ditarik keluar pada menit ke-88, Ronaldo lebih dulu mencetak gol penyama di menit ke-61. Itu merupakan gol internasionalnya yang ke-138, rekor dunia yang terus ia perpanjang. Dari sembilan pertandingan Nations League musim ini, Ronaldo bermain delapan kali, hanya kalah dalam menit bermain dari Viktor Gyokeres.
Sebagai pemain yang telah merumput di Liga Arab Saudi selama lebih dari dua tahun bersama Al-Nassr, penampilannya tetap menakjubkan.
Mendes Membungkam Yamal, Portugal Menggulingkan Juara Bertahan
Spanyol tiba di laga final dengan status jawara Euro 2024 dan Nations League 2023. Tapi kali ini, mereka gagal menjaga dominasi. Lamine Yamal, wonderkid 17 tahun yang mencetak dua gol ke gawang Prancis di semifinal, tak mampu berbuat banyak ketika dihadapkan pada Nuno Mendes.
Mendes bukan hanya berhasil mematikan pergerakan Yamal, tetapi juga mencetak satu gol dan memberi satu assist. UEFA pun memberinya gelar Man of the Match.
“Yamal menemukan musuh sejatinya dalam diri Mendes,” ujar analis sepak bola Guillem Balague.
Cristiano Ronaldo Bicara: “Trofi untuk Portugal Tak Tergantikan”
Ronaldo menegaskan bahwa kemenangan bersama timnas jauh lebih bermakna ketimbang semua trofi yang ia menangkan bersama klub.
“Saya sudah punya banyak gelar klub, tapi tidak ada yang mengalahkan rasa menang untuk Portugal,” kata Ronaldo.
Ia juga meluruskan anggapan soal rivalitas pribadi dengan Yamal:
“Media suka membesar-besarkan. Ini bukan soal Ronaldo vs Yamal, tapi soal Portugal melawan Spanyol.”
Ronaldo Tetap Jadi Ancaman: 40 Tahun, Masih Lapar Gol
Ronaldo hanya menyentuh bola 22 kali sepanjang pertandingan, tapi ia tetap menunjukkan tajinya. Bahkan, ia sempat merebut bola dari Yamal dan menunjukkan bahwa naluri predatornya masih hidup.
Andros Townsend menyebutnya “predator sejati di kotak penalti,” sedangkan Karen Carney menambahkan, “Siapa lagi kalau bukan Ronaldo? Di usia 40, dia masih jadi pembeda.”
Martinez Bertahan Berkat Trofi?
Setelah gagal membawa Belgia juara bersama generasi emas mereka, Roberto Martinez akhirnya mengangkat trofi internasional bersama Portugal. Terakhir kali ia menang trofi adalah saat membawa Wigan juara FA Cup 2013.
Meski begitu, posisinya sempat digoyang oleh rumor bahwa presiden baru federasi ingin menggantinya dengan Jorge Jesus atau Jose Mourinho.
Namun kemenangan ini mengubah segalanya. Ronaldo tampil produktif di bawah Martinez, bahkan dengan rasio gol per pertandingan tertinggi sepanjang kariernya.
“Setelah semua ini, bagaimana mungkin mereka memecatnya?” ucap Balague.
Generasi PSG Membawa Portugal ke Era Baru
Empat pemain Portugal, Mendes, Joao Neves, Vitinha, dan Goncalo Ramos, baru saja menjuarai Liga Champions bersama PSG di stadion yang sama. Delapan hari kemudian, mereka kembali mengangkat trofi untuk negaranya.
Mendes tampil gemilang: ia sukses melakukan empat dribel, mencatat sentuhan terbanyak di kotak penalti lawan, dan mencetak gol penyeimbang dengan sepakan keras ke sudut bawah.
Netizen Bersuara: Ronaldo Tak Akan Pernah Padam
Gav: Ronaldo tetap jalankan tugasnya, suka atau tidak.
Harry, Winchester: Mendes bikin Yamal kelihatan seperti bocah yang baru naik kelas.
Bonny, London: Kematian, pajak… dan Ronaldo.
Joe: Dia 40 tahun dan masih jadi ancaman nyata. Kapan dia pensiun?