
Duka di Anfield Diogo Jota Meninggal Dunia di Usia 28 Tahun, Liverpool Kehilangan Pahlawan
Kamis pagi itu, suasana berubah kelam. Media ternama Spanyol, MARCA, melaporkan kabar mengejutkan: Diogo Jota, penyerang andalan Liverpool dan Timnas Portugal, tewas dalam kecelakaan mobil tragis di Spanyol bersama sang kakak, Andre Silva. “Kamu Tidak Akan Pernah Berjalan Sendirian” Menggema Lebih Pilu di Seluruh Dunia.
Banyak yang tak percaya. Wajar saja, Jota baru saja merayakan hari bahagianya. Ia baru menikah, masih muda, sehat, dan terlihat penuh semangat. Rasanya sulit diterima akal sehat.
Namun, tak butuh waktu lama untuk kabar itu menjadi kenyataan pahit. Tepat pukul 10.23 pagi waktu setempat, Liverpool FC secara resmi mengonfirmasi duka tersebut. Dunia sepak bola pun seolah berhenti sejenak. Seorang istri kehilangan suami, tiga anak kehilangan ayah, dan The Kop harus merelakan salah satu bintang tercintanya.
Dari Keraguan Fans, Menjadi Pahlawan di Anfield
Jota bergabung ke Liverpool pada musim panas 2020 dengan mahar £41 juta dari Wolverhampton Wanderers. Tak sedikit yang mencibir transfer ini. Di mata sebagian pendukung, harga itu terlalu mahal untuk pemain yang “hanya” bersinar di Molineux.
Namun, Jürgen Klopp melihat sesuatu yang berbeda. Sang pelatih Jerman itu yakin Jota adalah potongan puzzle yang dibutuhkan Liverpool. Dan terbukti, naluri Klopp tak pernah salah.
Jota langsung menyatu dengan skuad The Reds. Dengan fleksibilitasnya di lini depan, insting tajam, serta etos kerja yang luar biasa, ia menjelma jadi senjata mematikan Liverpool. Hanya butuh 10 pertandingan untuk Jota mencetak tujuh gol—rekor yang sebelumnya hanya bisa dicapai legenda seperti Robbie Fowler.
Anfield pun punya idola baru. “Jota the Slotter” bukan cuma piawai dalam menekan lawan, tapi juga dingin saat berada di depan gawang.
Cedera yang Tak Pernah Berhenti Menghampiri
Sayangnya, karier Jota tak pernah lepas dari bayang-bayang cedera. Desember 2020, ia harus absen tiga bulan akibat cedera lutut. Namun, semangatnya tak pernah padam.
Musim 2021-22 menjadi puncak performanya. Jota mencetak 21 gol dari 55 penampilan, membantu Liverpool mengangkat Piala FA dan Carabao Cup, serta nyaris meraih trofi Liga Inggris dan Liga Champions.
Klopp pun tak segan memujinya, “Sejak hari pertama, dia terus berkembang jadi penyerang kelas dunia. Mentalitas dan kualitasnya itulah alasan kami merekrutnya.”
Namun, musim 2023-24 kembali menjadi saksi bagaimana tubuh Jota berkali-kali mengkhianatinya. Cedera otot, ligamen, hingga masalah pinggul membuatnya lebih sering jadi penonton ketimbang aktor di lapangan.
Banyak yang meyakini, andai Jota bugar, Liverpool bisa meraih lebih banyak kemenangan musim lalu.
Jota, Spesialis di Momen Krusial
Meski kerap dihantam cedera, Jota selalu muncul di saat genting. Januari lalu, baru saja pulih, ia jadi penyelamat Liverpool lewat gol penyeimbang dramatis kontra Fulham.
Tak butuh waktu lama, Jota kembali menunjukkan insting predatornya. Lawan Nottingham Forest, ia hanya butuh sentuhan pertama usai turun dari bangku cadangan untuk mencetak gol.
Dan siapa yang bisa lupa Derby Merseyside 2 April lalu? Saat rival abadi Everton mulai percaya diri, Jota menunjukkan kelasnya. Merebut bola di area lawan, memainkan umpan satu-dua cerdas bersama Luis Diaz, lalu melewati dua bek sebelum mengecoh Jordan Pickford dengan penyelesaian datar ke sudut bawah gawang.
Gol itu menjadi gol terakhirnya untuk Liverpool, tercipta di depan The Kop, tempat para fans selalu meneriakkan namanya.
Selamat Jalan, Sang Pejuang!
Kini, kita hanya bisa mengenang senyum ramah, determinasi tanpa henti, dan ketajaman Diogo Jota. Kepergiannya terlalu cepat, terlalu menyakitkan. Namun, warisan yang ia tinggalkan akan selalu hidup di Anfield dan hati jutaan penggemarnya.
Terima kasih untuk semua momen berharga, Jota. Terima kasih atas dedikasi, gol-gol indah, dan semangat juangmu.
Rest in Peace, Diogo Jota. You’ll Never Walk Alone.