Dari Eropa ke Garuda Kevin Diks Bakarbessy Bongkar Alasan Mengejutkan Pilih Timnas Indonesia
Kevin Diks Bakarbessy, bek Borussia Mönchengladbach yang kini bersinar bersama Timnas Indonesia, akhirnya membongkar alasan emosionalnya membela Garuda. Dalam wawancara eksklusif, ia menceritakan perjuangan karier di Eropa, momen pahit di Kualifikasi Piala Dunia 2026, dan kebanggaannya membawa darah Indonesia di panggung internasional.
Perjuangan di Eropa: Dari Cedera hingga Stabilitas
Perjalanan karier Kevin Diks tidak selalu mulus. Saat dipinjamkan ke Feyenoord pada musim 2017/18, ia sempat berlatih bersama tim senior Belanda, namun De Oranje tidak pernah memanggilnya secara resmi. Selain itu, Fiorentina memberikan waktu bermain yang minim, dan cedera yang menimpanya memperburuk masa-masa sulit di Italia.
“Cedera di Italia menjadi salah satu momen terberat dalam karier saya,” kenangnya.
Namun, peluang baru datang ketika AGF, klub Liga Denmark, meminjamnya pada 2019 hingga 2021. Diks tampil konsisten, sehingga FC Copenhagen langsung merekrutnya. Di sana, ia berhasil menjuarai tiga gelar liga dan membawa The Lions menjadi salah satu tim tersukses dalam sejarah Liga Denmark.
Keputusan Emosional: Memilih Indonesia
Meski kariernya menanjak di Eropa, Indonesia baru menghubunginya secara resmi saat ia sudah stabil di Copenhagen.
“Awalnya, Indonesia tidak pernah menghubungi saya. Tidak ada agen yang menawarkan, hingga mereka mendekati saya secara resmi,” ungkap Diks. “Saat itu, saya cepat memutuskan menerima tawaran itu, dan keputusan itu membuat saya sangat bangga.”
Keputusannya juga lahir dari percakapan emosional dengan kakeknya yang lahir di Ambon, Maluku.
“Ketika saya membicarakannya dengan kakek, dia merasa sangat bangga. Selama dua-tiga tahun terakhir, saya belajar banyak tentang Indonesia, dan itu yang membuat saya makin bangga memilih negara leluhur saya,” katanya.
Selain itu, Diks menekankan pengalaman pertamanya menyaksikan antusiasme masyarakat Indonesia secara langsung:
“Tahun lalu, saya mengatakan kepada seorang wartawan di Kopenhagen, ‘Datanglah ke Jakarta dan saksikan sendiri. Orang-orang di sana hidup untuk sepakbola, bernapas sepakbola, dan mereka selalu mendukung Anda apa pun yang terjadi.’”
Adaptasi Bahasa dan Kekompakan Tim
Dengan banyaknya pemain keturunan Belanda, Timnas Indonesia sering berkomunikasi dalam Bahasa Inggris agar semua pemain bisa saling memahami.
“Kami sepakat menggunakan Bahasa Inggris agar tidak ada yang tertinggal. Banyak pemain lahir di Indonesia sehingga bisa berbahasa Indonesia, sementara sebagian lahir di Belanda. Kami juga belajar Bahasa Indonesia agar lebih mudah beradaptasi,” jelas Diks.
Drama Pahit Kualifikasi Piala Dunia
Momen yang paling membekas bagi Diks terjadi saat Timnas Indonesia kalah 3-2 dari Arab Saudi pada putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026. Ia sempat mencetak penalti untuk membawa Garuda unggul, tetapi tim akhirnya kebobolan dan kalah.
“Itu salah satu pengalaman terberat dalam karier saya. Secara fisik, saya belum pernah merasakan kondisi seberat itu. Saya memberikan 300 persen, memaksakan tubuh hingga batas maksimal,” kenangnya.
Meskipun kecewa, Diks menegaskan bahwa tim kini fokus ke Piala Asia. “Kami menyadari bahwa masa lalu tidak bisa diubah. Semua terjadi karena suatu alasan. Jika bukan turnamen ini, mungkin turnamen berikutnya. Sekarang, fokus kami sepenuhnya tertuju ke depan,” ujarnya.
Fokus Kembali Bersama Gladbach
Kini, Kevin Diks kembali menatap laga penting bersama Borussia Mönchengladbach. Sabtu (13/12), ia akan menghadapi Wolfsburg, dan kemudian bertamu ke Borussia Dortmund dalam pertandingan terakhir sebelum jeda musim dingin. Bagi Diks, setiap laga di Eropa maupun bersama Timnas Indonesia menjadi panggung untuk membuktikan diri sebagai bek dunia sekaligus membawa kebanggaan Garuda.
