Tsunami Judi Mengguncang Liga Turki 1.000 Pemain dan 149 Wasit Terseret Skandal Terbesar Sepanjang Sejarah
Sepakbola Liga Turki sedang menikmati sorotan positif di panggung internasional. Galatasaray tampil percaya diri di Eropa, dan Arda Güler terus mencuri perhatian di Real Madrid. Namun, ketika publik mulai merasa optimistis, sebuah fakta pahit muncul. Di dalam negeri, liga justru menyimpan masalah besar yang selama ini bersembunyi di balik prestasi tersebut.
TFF Menekan Tombol Darurat dan Meluncurkan Operasi Cuci Gudang
Presiden TFF, İbrahim Hacıosmanoğlu, akhirnya bergerak setelah penyelidikan internal mengungkap kerusakan sistemik. Alih-alih mengambil langkah setengah hati, ia memutuskan melancarkan operasi pembersihan paling agresif dalam sejarah sepakbola Turki. Ia menegaskan bahwa liga tidak bisa bertahan jika para pengadil dan pemain sendiri justru terlibat praktik yang merusak integritas kompetisi.
Data Investigasi Mengguncang: Mayoritas Wasit Terjebak Judi
Ketika TFF membuka data temuan investigasi, publik terkejut. Dari 571 wasit aktif, 371 ternyata memiliki akun judi, dan 152 aktif bertaruh, termasuk wasit di level tertinggi. Lebih jauh lagi, satu ofisial pertandingan mencatat lebih dari 18.000 taruhan dalam lima tahun, sementara puluhan lainnya melampaui 1.000 taruhan.
Selain itu, beberapa wasit mencoba meredam kritik dengan alasan klasik seperti sekadar mendaftar situs untuk menonton siaran langsung. Namun, TFF menilai alasan tersebut tidak layak diterima dalam konteks pelanggaran kode etik FIFA dan skala masalah yang mereka temukan.
Kecurigaan Publik Meledak Setelah Bertahun-Tahun Mendendam
Sejak lama, suporter Turki sudah menyimpan kecurigaan mendalam terhadap sistem perwasitan. Setiap keputusan meragukan sering memicu teori manipulasi, terutama di pertandingan yang melibatkan klub besar seperti Galatasaray, Fenerbahçe, Beşiktaş, dan Trabzonspor.
Ketegangan itu bahkan memunculkan berbagai insiden ekstrem. Pada 2015, seorang pelaku menembaki bus Fenerbahçe. Di tahun yang sama, Hacıosmanoğlu yang masih menjabat presiden Trabzonspor mengunci wasit di stadion semalaman. Lalu pada 2023, Presiden Ankaragücü, Faruk Koca, menyerang wasit Halil Umut Meler di tengah lapangan.
Akibat rangkaian peristiwa tersebut, TFF akhirnya menunjuk wasit asing untuk mengamankan beberapa pertandingan penting. Publik semakin meyakini bahwa ada masalah mendalam yang tidak pernah terselesaikan.
TFF Menindak 149 Wasit dan Memperkuat Teknologi VAR
Sebagai respons atas krisis yang meledak, TFF mengambil langkah cepat. Mereka menangguhkan 149 wasit dan asisten wasit untuk menghapus potensi pengaruh perjudian dalam keputusan pertandingan. Selain itu, mereka meningkatkan sistem VAR dengan dukungan kecerdasan buatan agar proses pengambilan keputusan lebih objektif.
TFF juga membuka hotline anonim bagi siapa pun yang ingin melaporkan dugaan pengaturan skor. Dengan demikian, federasi berharap publik dan orang dalam dapat berkontribusi dalam membersihkan liga.
Skandal Menyeret Bos Klub dan Pemain Bintang
Setelah membersihkan wasit, TFF memperluas cakupan penindakan. Kejaksaan Istanbul mulai menyelidiki 21 individu, termasuk ketua klub Süper Lig Eyüpspor, Murat Özkaya.
Selain itu, Dewan Disiplin menghukum 102 pemain profesional dari dua liga teratas. Hukuman tersebut menimpa berbagai level pemain, mulai dari pemain lapis kedua hingga bintang tim nasional. Eren Elmalı dari Galatasaray menerima skors 45 hari, sementara Metehan Baltacı dari Timnas U-21 harus menepi selama sembilan bulan.
Langkah ini menunjukkan bahwa TFF menolak memberikan perlakuan istimewa kepada siapa pun yang terbukti melanggar.
Dampak Langsung: Ribuan Pemain Masuk Pemeriksaan dan Liga Terguncang
Ketika TFF memperluas penyelidikan, lebih dari 1.000 pemain masuk daftar pemeriksaan. Kondisi ini menyebabkan kebutuhan mendesak untuk merombak jadwal kompetisi. Akibatnya, TFF menghentikan sementara liga divisi tiga dan empat selama dua minggu.
Sementara itu, dua kasta teratas tetap berjalan meski beberapa klub terpaksa menurunkan skuad dengan kondisi serba terbatas. Situasi tersebut menciptakan ketidakseimbangan kompetisi, tetapi TFF menilai langkah ini tetap lebih baik daripada membiarkan liga berjalan dalam kondisi tercemar.
Langkah Berani atau Taruhan Baru?
TFF kini menaruh nasib sepakbola nasional dalam operasi besar ini. Mereka berharap pembersihan total dapat memutus budaya impunitas yang tumbuh selama beberapa dekade. Jika proses ini berhasil, publik mungkin akhirnya bisa menikmati sepakbola Turki tanpa bayang-bayang kecurigaan.
Namun, jika pembersihan ini gagal, krisis ini berpotensi merusak kredibilitas liga untuk waktu yang lebih lama. Karena itu, pembersihan ini bukan sekadar operasi darurat, tetapi juga taruhan besar bagi masa depan sepakbola Turki.
