Matic Bicara Terbuka, Rashford Membela, dan Penyesalan yang Muncul di Manchester United
Manchester United kembali memantik perdebatan lama. Kali ini, diskusi mengarah pada sosok Ole Gunnar Solskjaer, mantan manajer yang pernah dianggap sebagai harapan baru, namun akhirnya harus angkat kaki dari Old Trafford. Nemanja Matic tampil ke depan dan menyampaikan pandangan tegas: Manchester United seharusnya memberi Solskjaer lebih banyak waktu.
Menurut Matic, klub mengambil keputusan terlalu cepat, terutama jika publik membandingkan capaian saat itu dengan kondisi tim beberapa musim setelahnya.
Awal Romantis Kembalinya Legenda Klub
Ketika Solskjaer mengambil alih kursi manajer pada Desember 2018, ia langsung membawa energi baru. Ia menggantikan Jose Mourinho dan memicu optimisme besar di kalangan pendukung. Sejak awal, Solskjaer menghidupkan kembali identitas menyerang yang lama hilang dari Manchester United.
Lebih jauh lagi, kemenangan dramatis atas Paris Saint-Germain di Liga Champions menjadi simbol kebangkitan tersebut. Momen itu menegaskan bahwa United kembali memiliki arah yang jelas.
Pencapaian yang Kini Terlihat Lebih Bernilai
Meski gagal mempersembahkan trofi, Solskjaer membawa United finis di posisi kedua dan ketiga Liga Inggris. Saat itu, banyak pihak menganggap pencapaian tersebut belum cukup. Namun, seiring waktu berjalan, nilai hasil tersebut justru terasa semakin besar.
“Kami tidak puas finis kedua. Namun sekarang, jika melihat situasinya, itu adalah pencapaian yang luar biasa,” ujar Matic kepada FourFourTwo.
Dengan kata lain, standar tinggi klub justru menutup apresiasi terhadap progres nyata yang telah tercapai.
Fondasi yang Dibangun, Lalu Terputus
Selain Solskjaer, Matic juga menyoroti peran Michael Carrick dan Kieran McKenna. Ketiganya membentuk tim pelatih yang solid dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat.
Matic menegaskan bahwa staf pelatih bekerja dengan detail tinggi. Mereka menyusun sesi latihan secara terstruktur, memperhatikan aspek kecil permainan, dan menanamkan kejelasan peran kepada setiap pemain. Namun, manajemen memilih mengakhiri proses tersebut karena hasil jangka pendek.
Akibatnya, fondasi yang mulai terbentuk pun terputus di tengah jalan.
Manajer yang Menyatukan Ruang Ganti
Lebih dari sekadar taktik, Solskjaer meninggalkan kesan mendalam lewat pendekatan personalnya. Ia aktif membangun komunikasi, bahkan dengan pemain yang jarang tampil sebagai starter.
“Saya biasanya akan berkonflik dengan pelatih jika tidak dimainkan. Namun Ole berbeda. Ia selalu berbicara dengan semua pemain dan membuat kami merasa dibutuhkan,” ungkap Matic.
Pendekatan ini menciptakan ruang ganti yang harmonis dan rasa saling percaya di dalam tim.
Rashford dan Periode Terbaik dalam Kariernya
Nama Marcus Rashford muncul sebagai salah satu pemain yang paling berkembang di era Solskjaer. Di bawah arahannya, Rashford tampil konsisten dan mencapai puncak performa.
“Kami menikmati bermain di bawah Ole. Kami memainkan sepak bola yang bagus, dan itu periode yang sangat sukses bagi saya,” kata Rashford kepada TV2 Norwegia.
Selain itu, hubungan keduanya terjalin erat, baik secara profesional maupun personal.
Ketegangan Menjelang Akhir Masa Jabatan
Meski demikian, hubungan tersebut sempat mengalami ujian. Menjelang akhir masa kepelatihannya, Solskjaer secara terbuka meminta Rashford untuk lebih memprioritaskan sepak bola di tengah aktivitas sosialnya yang meningkat.
Pernyataan tersebut menimbulkan kekecewaan di pihak Rashford. Akan tetapi, ketika klub memecat Solskjaer pada November 2021, Rashford tetap menunjukkan sikap dewasa. Ia membela mantan manajernya dan mengambil sebagian tanggung jawab atas kegagalan tim.
Solskjaer dan Keinginan Memulai Bab Baru
Kini, Solskjaer kembali membuka peluang untuk melatih. Dalam podcast Stick to Football, ia menegaskan keinginannya untuk bekerja dengan pemain dan membantu mereka mencapai potensi terbaik.
Ia juga menyebut kemungkinan kembali bekerja dengan Erling Haaland, pemain yang pernah ia tangani di Molde. Selain itu, Solskjaer membuka pintu untuk melatih tim nasional, dengan Norwegia sebagai opsi paling realistis. Meski begitu, ia menegaskan tidak berniat menggantikan pelatih saat ini, Ståle Solbakken.
Warisan yang Kini Dinilai Ulang
Seiring waktu berjalan, publik mulai menilai ulang era Solskjaer di Manchester United. Tanpa trofi, namun penuh stabilitas, kebersamaan, dan arah yang jelas, masa tersebut justru terasa kontras dengan kondisi klub saat ini.
Pada akhirnya, pertanyaan besar pun muncul:
apakah Ole Gunnar Solskjaer benar-benar gagal, atau Manchester United yang terlalu cepat menghentikan proses?
