Radja Nainggolan Hantam Roberto Martinez Pelatih Buruk dengan Strategi Omong Kosong
Mantan gelandang Inter Milan, Radja Nainggolan, kembali menyerang pelatih tim nasional Portugal, Roberto Martinez. Ia menilai mantan pelatih Belgia itu gagal memanfaatkan generasi emas negaranya dan menyebut metode kepelatihannya sebagai “omong kosong”.
Martinez memimpin Belgia sejak 2016 hingga 2022. Setelah timnya gagal lolos dari fase grup Piala Dunia 2022 di Qatar, ia langsung mengundurkan diri.
Nainggolan Ungkap Alasan Konflik
Dalam wawancara bersama kreator konten Junior Vertongen di YouTube, Nainggolan menuduh Martinez mengakhiri karier internasionalnya secara sepihak. Ia menilai keputusan itu tidak masuk akal dan datang tanpa komunikasi apa pun.
Ia menjelaskan, “[Marc] Wilmots memang jarang menurunkan saya sebagai starter di Euro 2016, tetapi saya tetap bisa membuktikan diri di turnamen itu. Begitu Martinez datang, dia mencoret saya tanpa alasan yang jelas. Menurut saya, alasannya omong kosong. Dia tidak memahami sepak bola.”
Nainggolan menegaskan bahwa ia tidak marah karena dicoret, tetapi kecewa karena Martinez tidak menunjukkan profesionalisme sebagai pelatih.
Belgia Gagal Karena Salah Pilih Pelatih
Nainggolan meyakini Belgia bisa menjuarai turnamen besar jika federasi memilih pelatih yang lebih berkualitas. Ia berkata, “Kalau federasi Belgia berani berinvestasi pada pelatih top dunia satu kali saja, kami pasti memenangkan trofi besar.”
Belgia sempat memiliki generasi emas dengan pemain seperti Eden Hazard, Kevin De Bruyne, dan Romelu Lukaku. Namun, tim tersebut hanya mampu finis di posisi ketiga Piala Dunia 2018. Setelah itu, performa mereka menurun. Nainggolan memutuskan mundur dari tim nasional setelah turnamen di Rusia itu.
Martinez Dinilai Gagal Bangun Identitas Permainan
Nainggolan menilai Martinez tidak pernah membangun identitas permainan yang kuat untuk Belgia. Ia menuduh pelatih asal Spanyol itu terlalu mengandalkan kemampuan individu para pemain.
Ia mengatakan, “Pelatih bagus selalu memberi timnya ide bermain yang jelas. Martinez tidak pernah melakukan itu. Saat kami kesulitan, dia hanya menyuruh kami memberikan bola kepada Hazard atau De Bruyne dan berharap mereka bisa menciptakan keajaiban. Itu bukan strategi, hanya berharap keberuntungan.”
Nainggolan menegaskan bahwa Belgia kehilangan arah di bawah Martinez. “Kami tidak memiliki pola permainan, tidak punya pergerakan terencana, dan tidak pernah bermain sebagai satu kesatuan tim,” ujarnya.
Nainggolan Kritik Keputusan Taktikal Martinez
Selain menyoroti strategi, Nainggolan juga mengkritik keputusan Martinez dalam menempatkan para pemain. Ia menyebut Martinez menurunkan Kevin De Bruyne di posisi yang salah.
Ia menegaskan, “Martinez memaksa De Bruyne bermain di sisi kanan, padahal dia lebih efektif di tengah. De Bruyne tetap menurut karena menghormati pelatihnya. Tapi Martinez bahkan tidak pernah berbicara langsung dengan saya. Saya tahu dia memang tidak ingin saya berada di tim.”
Nainggolan menambahkan bahwa ia tidak pernah mempermasalahkan status pemain cadangan asalkan pelatihnya kompeten. “Ketika Antonio Conte menjadikan saya pilihan ketujuh, saya tetap menghormatinya karena dia pelatih top. Tapi saya tahu Martinez bukan tipe pelatih seperti itu,” katanya.
Nainggolan Soroti Sikap Martinez
Nainggolan juga menilai Martinez terlalu sibuk menjaga citra publik. Ia menuduh Martinez hanya ingin terlihat positif di depan media tanpa berani mengoreksi dirinya sendiri.
“Martinez selalu berbicara seolah semuanya berjalan baik, tapi pelatih sejati berani mengakui kesalahannya. Dia tidak pernah melakukan itu,” ujar Nainggolan. Menurutnya, pelatih yang hebat justru tumbuh dari kemampuannya mengevaluasi diri.
Nainggolan Sesali Keputusan Pilih Belgia
Dalam akhir wawancara, Nainggolan mengaku menyesal karena memilih membela Belgia daripada Indonesia, tanah leluhurnya.
Ia berkata, “Saya sering berpikir, seharusnya saya bermain untuk Indonesia. Saya memang berkembang di sistem sepak bola Belgia, tapi saya tahu rasa hormat yang akan saya dapat di Indonesia jauh lebih besar.”
Ia mencontohkan pemain seperti Sandy Walsh dan Ragnar Oratmangoen yang mendapat cinta besar dari masyarakat Indonesia. “Mereka bukan bintang besar, tetapi dihargai dengan luar biasa. Itu yang saya rindukan,” katanya.
Martinez Bangkit di Portugal, Tapi Keraguan Masih Ada
Setelah meninggalkan Belgia, Martinez melanjutkan kariernya sebagai pelatih tim nasional Portugal. Ia kini memimpin skuad bertabur bintang seperti Cristiano Ronaldo, Bruno Fernandes, Bernardo Silva, dan Rafael Leão. Di bawah kepemimpinannya, Portugal tampil dominan dalam kualifikasi Piala Dunia 2026.
Namun, meskipun Martinez membawa Portugal menjuarai Nations League, publik tetap mempertanyakan kualitas taktisnya. Banyak yang menilai kemenangan Portugal lebih disebabkan oleh kekuatan individu pemain dibanding strategi yang ia rancang.
Nainggolan menutup pernyataannya dengan tegas. “Martinez bukan pelatih jenius yang disalahpahami. Dia hanya pelatih biasa yang beruntung memiliki pemain luar biasa,” ujarnya.
