Wayne Rooney Akui Carlos Tevez Adalah Rekan Terbaiknya di Manchester United
Wayne Rooney akhirnya mengungkap siapa rekan duet terbaiknya selama berseragam Manchester United. Jawabannya bukan Cristiano Ronaldo, melainkan Carlos Tevez.
Dalam wawancara di The Wayne Rooney Show bersama BBC Sport, legenda Inggris itu menjelaskan bahwa ia dan Tevez memiliki hubungan spesial di lapangan. “Dengan Tevez, saya menikmati setiap menit di lapangan. Banyak yang bilang kami terlalu mirip dan tidak bisa bermain bersama. Namun, justru itu yang memotivasi kami untuk membuktikan mereka salah,” ujar Rooney dengan tegas.
Dua Musim Penuh Prestasi dan Energi
Selama dua musim, tepatnya antara 2007 hingga 2009, duet Rooney dan Tevez menebar teror di lini pertahanan Premier League. Bersama Cristiano Ronaldo, keduanya membentuk trio penyerang yang menjadi mimpi buruk bagi lawan.
Dalam periode itu, Manchester United merebut dua gelar Premier League dan satu trofi Liga Champions pada 2008. Rooney dan Tevez juga mencetak total 47 gol yang berkontribusi besar terhadap kesuksesan tim. Melalui etos kerja tinggi dan gaya bermain agresif, mereka menjelma menjadi representasi sempurna dari filosofi Sir Alex Ferguson: intensitas, disiplin, dan kerja sama tanpa kompromi.
Rooney menambahkan, “Kami sama-sama agresif, bekerja keras, dan saling melengkapi. Itu sebabnya kami begitu sulit dihentikan.”
Chemistry yang Terbangun Tanpa Banyak Kata
Rooney dan Tevez membangun hubungan di lapangan yang sangat alami. Keduanya bukan tipe penyerang yang hanya menunggu bola di kotak penalti. Sebaliknya, mereka sering turun ke lini tengah, membuka ruang bagi rekan setim, dan menekan lawan sejak awal permainan.
Gaya bermain mereka mencerminkan karakter dua kota tempat mereka berasal: Manchester dan Buenos Aires. Keduanya tumbuh dalam lingkungan pekerja keras yang membentuk mental pantang menyerah.
Rooney menjelaskan, “Kami sering bertukar posisi. Kadang saya menjadi nomor 9, kadang Tevez. Tapi kami selalu tahu ke mana satu sama lain akan bergerak.”
Lebih Dari Sekadar Statistik
Meskipun pernah mencetak lebih dari 30 gol dalam satu musim, Rooney mengaku bahwa peran sebagai striker murni tidak selalu membuatnya puas. Ia merasa peran itu membatasi ruang kreativitasnya.
“Ada dua musim ketika saya bermain sebagai nomor 9 dan mencetak 34 gol. Namun, jujur saja, saya merasa bosan. Saya ingin ikut membangun serangan, bukan hanya menunggu bola di depan,” ungkapnya.
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa Rooney lebih menghargai kerja sama dan dinamika permainan dibandingkan sekadar torehan angka di papan skor.
Warisan yang Masih Dibicarakan
Kebersamaan Rooney dan Tevez memang hanya berlangsung dua musim, tetapi dampaknya tetap terasa hingga kini. Banyak penggemar Manchester United masih menganggap duet tersebut sebagai salah satu kombinasi paling komplet dalam sejarah Premier League.
Keduanya menyeimbangkan tenaga, agresi, dan kreativitas yang membuat serangan United di era Ferguson begitu eksplosif. Setelah meninggalkan Old Trafford, Tevez melanjutkan karier di Manchester City, Juventus, Boca Juniors, hingga Shanghai Shenhua sebelum pensiun pada 2022.
Bagi Rooney, masa-masa bermain bersama Tevez tetap menjadi salah satu kenangan terbaik sepanjang kariernya. Ia menyebut bahwa rekan asal Argentina itu selalu mampu memunculkan versi terbaik dari dirinya.
Lebih Dari Sekadar Rekan, Mereka Partner Sejati
Rooney pernah bermain dengan banyak penyerang hebat seperti Dimitar Berbatov, Robin van Persie, Louis Saha, hingga Javier Hernandez. Namun, menurutnya, tidak ada yang memiliki kecocokan sekuat Tevez.
Keduanya tidak hanya bekerja sama di lapangan, tetapi juga saling memahami tanpa perlu banyak bicara. Hubungan itu tumbuh dari kerja keras dan rasa saling percaya, bukan dari status bintang atau sorotan media.
Karena itu, banyak penggemar masih mengenang duet Rooney dan Tevez sebagai simbol era emas Manchester United — masa ketika semangat tim, kerja keras, dan kebersamaan lebih berharga daripada sekadar popularitas individu.
Kesimpulan
Wayne Rooney telah bermain bersama banyak legenda besar, tetapi tidak ada yang mampu menandingi koneksi emosional dan taktikal yang ia miliki bersama Carlos Tevez. Keduanya datang dari latar belakang berbeda, namun di lapangan, mereka berbicara dalam bahasa yang sama: bahasa sepak bola penuh gairah, pengorbanan, dan komitmen total.
