
Inter Milan Menuju Final UCL Saat Impian Barcelona Terkubur di San Siro
Sejak kemenangan monumental mereka pada tahun 2010, Inter Milan tetap menjadi wakil Italia terakhir yang mengangkat trofi Liga Champions. Kini, mereka menorehkan babak baru dalam kisah mereka di kancah Eropa. Melangkah ke final untuk kedua kalinya dalam tiga musim terakhir, Inter Milan memastikan tiket ke Munich lewat pertarungan dua leg yang sarat drama melawan Barcelona — berakhir dengan skor agregat mengejutkan 7-6, rekor baru untuk jumlah gol terbanyak dalam semifinal dua leg di Liga Champions.
Babak Awal: Dominasi Cepat dan Ketegangan yang Membara
Peluit awal ditiup dan langsung menyulut suasana membara di San Siro, setelah hasil imbang 3-3 di Camp Nou. Inter langsung tampil agresif. Federico Dimarco dengan cermat mencuri bola dari kaki Dani Olmo, lalu mengalirkannya kepada Denzel Dumfries. Pemain sayap asal Belanda itu tak menyia-nyiakan momen, mengirim bola matang kepada Lautaro Martínez yang dengan tenang menyarangkan bola ke gawang yang tak lagi terjaga.
Tak ingin kehilangan momentum, Barcelona mencoba memberikan respon cepat. Henrikh Mkhitaryan mencetak gol penyama, namun drama sejati terjadi menjelang jeda. VAR memutuskan bahwa tekel Pau Cubarsí terhadap Martínez pantas mendapatkan penalti. Eksekusi Hakan Çalhanoğlu yang tenang ke sisi kiri bawah membuat pendukung Inter bergemuruh, sementara pelatih Barcelona, Hansi Flick, hanya bisa menahan kecewa di tepi lapangan.
Barcelona Bangkit: Mimpi yang Hampir Tercapai
Dikenal sebagai tim yang tak mudah menyerah, Barcelona memulai babak kedua dengan semangat yang penuh determinasi. Hanya sepuluh menit berselang, Eric García mencetak gol indah lewat tendangan voli keras yang menghujam sudut atas gawang — memanfaatkan umpan akurat dari Gerard Martín. Tak cukup sampai di situ, Martín kembali menorehkan assist, kali ini kepada Dani Olmo yang menyundul bola tanpa kawalan dan membawa skor kembali imbang secara agregat.
Dalam sekejap, angin permainan berpihak ke tim tamu. Barcelona terus menggempur dan nyaris mencetak gol lewat aksi individu Lamine Yamal. Semua tampak berjalan sesuai rencana, hingga menit-menit terakhir waktu normal.
Perjuangan Sampai Titik Akhir: Ketegangan yang Tak Terelakkan
Di penghujung laga, Barcelona berhasil membalikkan keadaan. Kiper menepis tembakan pertama Raphinha, tetapi pemain asal Brasil itu dengan sigap memanfaatkan bola pantul dan menyambar peluang kedua ke pojok gawang, membawa Barcelona unggul 3-2 dan nyaris lolos ke final. Tapi malam itu bukan milik mereka.
Saat detik terakhir mendekat, Denzel Dumfries menyisir sisi lapangan dan mengirimkan umpan silang yang disambut Francesco Acerbi dengan sundulan akurat. Gol itu membawa Inter bangkit dan memaksa laga lanjut ke babak perpanjangan waktu.
Inter Tampil Gagah: Penentu Nasib di Waktu Tambahan
Dalam 30 menit tambahan yang penuh tekanan, Inter tampil tanpa gentar. Marcus Thuram mengirim bola silang ke dalam kotak penalti, lalu Mehdi Taremi dengan cermat mengarahkan bola ke jalur Davide Frattesi.Dengan penyelesaian yang klinis, Frattesi menjebol gawang dan membawa Inter kembali unggul.
Meski Barcelona mencoba membalas, Inter tampil disiplin dalam bertahan. Frattesi hampir menambah gol lagi, tapi barisan belakang tuan rumah tampil kokoh dan menyegel kemenangan bersejarah.
Final Menanti, Harapan Membara
Dengan kemenangan emosional ini, Simone Inzaghi sekali lagi mengantarkan Inter ke ambang kejayaan Eropa, mirip dengan yang dilakukan José Mourinho 15 tahun lalu. Di partai puncak, mereka akan menghadapi Arsenal atau PSG — siap mengukir sejarah baru.
Sementara itu, kegagalan di San Siro mengubur mimpi Barcelona meraih treble musim ini. Meski demikian, harapan belum sepenuhnya padam. Jika mereka mampu mengalahkan Real Madrid dalam duel krusial yang akan datang, dua gelar domestik masih bisa menjadi pelipur lara bagi tim Catalan.